Pages

Selasa, 29 Januari 2013

Menolak Tawaran Head Hunter itu...Pedih!


Damn, tawaran kerja dari head hunter kian menjadi jadi.
Dalam 3 hari ini saja ada 2 head hunter yang menghubungi saya via LinkedIn.
Satu head hunter menawari posisi Regional Sales Manager, sementara satu head hunter yang lain juga meminta kontak personal agar bisa bicara secara private dengan saya.

Bismillah..Semuanya saya tolak.

Bodoh..?
Tolol..?
Konyol..?

Ahh terserah lah orang mau bilang apa. Saya punya alasan kuat untuk melakukan itu. (atau setidaknya saya akan mencari alasan yang kuat).

Saya duduk, diam, dan merenung di depan layar laptop saya.
Mencubit diri sendiri, dan mengingatkan diri tentang tujuan hidup dan idealisme masa depan yang telah saya pilih dan susun dalam peta hidup saya.

Pedih memang. Tapi saya sudah berkomitmen tidak akan lagi ngantor, alias kerja pagi pulang tengah malam. Sumber kebahagiaan Saya adalah keluarga saya, pernikahan saya, suami saya, dan waktu yang cukup untuk berkumpul dengan teman-teman saya

Norak..?
Lebay..?
katrok...?

Whatever.
Saya sudah mengambil keputusan. Saya tahu apa garis finish saya. Saya akan cari uang dari rumah.
Work from home. Join Mlm yang saya percaya bisa mewujudkan impian saya dan impian banyak orang. Membantu lebih banyak orang, dibandingkan saya bekerja kantoran sebagai bos.

Karir kantoran saya sebelumnya tak kurang dari level manager. Tapi itu menyita hampir semua waktu saya bersama keluarga dan sahabat-sahabat saya. Saya bekerja nyaris 7 hari seminnggu dengan jam kerja bisa di atas 12jam sehari. Lalu apakah dengan meniti karir dengan baik, lantas saya akan menjadi CEO?

Padahal bagi saya tak cukup hanya menjadi CEO, Saya ingin jadi owner atas bisnis saya sendiri. Bisnis yang bisa saya wariskan pada anak cucu saya nanti. Dan yang pasti, sebuah bisnis yang bisa membuat saya membantu lebih banyak orang daripada sekedar jadi manager perusahaan asing. Saya percaya, membukakan pintu rezeki bagi banyak orang merupakan kebahagiaan yang tak terbeli.


Well, offering dari berbagai head hunter itu akan saya gunakan sebagai motivasi saya. Saya sudah menolaknya, maka saya harus mendapatkan hasil yang lebih baik. Dengan cara saya sendiri. Dengan cara yang saya yakini.

Bisnis mlm apa yang akan saya ambil? Saya belum bisa cerita sekarang. Saya belum resmi bergabung, tapi saya sudah belajar dan mulai berhitung. Hingga tiba saatnya nanti, saya pasti akan publikasi.

Orang boleh alergi dengan mlm. Boleh juga mencibir pilihan saya. Tapi saya punya perhitungan saya, restu dari ibunda saya, dan support penuh dari suami saya. Kalau boleh saya sebut, saya telah memiliki semua yang saya butuhkan untuk bergerak di ranah pilihan saya.


Tak ada alasan bagi saya untuk mundur..
Saya tak mau membual, namun saya pastikan bahwa saya akan berusaha bekerja sekeras mungkin, berlari sekencang mungkin, dan melompat setinggi mungkin. Tuhan tak akan pernah salah menempatkan rezekinya. Saya berniat baik, dan yakin akan berhasil baik pula.

Amiin..

Minggu, 27 Januari 2013

Jalan-jalan Murah ke Kuala Lumpur

Memenuhi janji saya untuk sharing tentang pengalaman saya backpakeran ala limited budget alias murah meriah ke Kuala Lumpur.

Here we go..

Info tentang adanya tiket Solo-Kuala Lumpur saya dapat dari seorang teman yang punya agen tiket online. Waktu itu sekitar bulan November 2012, untuk penerbangan Januari 2013.

Murah meriah, satu orang PP hanya Rp 350.000,- naik Air Asia (bukan iklan). Tanpa bagasi tentu saja yaa.. Lagi pula kalo untuk backpakeran 3hari 2 malam ke KL mah kaga' perlu bawa banyak-banyak.

Untuk hotel, saya memilih My Hotel KL Sentral yang letaknya berdekatan dengan KL Sentral tempat monorail, LRT, mau pun Sky bus berada. Jadi semacam connecting station gitu.. Segala moda transportasi umum ada di sana dan siap mengantar kemana saja. Rate hotelnya sekitar Rp 350.000,- per night.

Itu bisa dibilang murah, bisa juga dibilang mahal. Hehe.. Soalnya ada motel untuk para backpacker yang harganya rata-rata di bawah $10 per malam, seperti misalnya PODs. Tapi berhubung saya mengajak mama, saya memilih hotel deh. PODs yang memiliki slogan 'The backpackers home' itu juga ada di dekat KL Sentral.

 Dari bandara LCCT Kuala Lumpur, kita bisa naik SkyBus hingga KL Sentral. Posisi bandara ini memang sedikit di pinggir kota. Atau berjarak sekitar 1 jam perjalanan naik bus dari bandara.

Nah, anehnya tarif tiket SkyBus yang dibeli di loket di dalam bandara dengan kalau kita beli langsung ke petugas di tempat bus diparkir, lebih murah di bus.

Di dalam bandara kami membeli tiket SkyBus seharga 9 ringgit (1 ringgit sekitar Rp 3.500), sementara di bus hanya 8 ringgit. Beda tipis siih.. tapi kan pasti lebih puas kalo bisa dapat lebih murah hehee..

Saat di terminal kedatangan di bandara jangan lupa untuk mampir ke konter informasi. Di situ ada banyak brosur wisata KL, bahkan majalah-majalah belanja yang keren-keren. Semuanya Free. Lumayan bisa dibaca dalam perjalanan di bus, kalau gak keburu tepar di bus yaa..

Soalnya busnya beda banget dari Damri bandara macam di Indonesia. Sky bus ini ukurannya besar dan jarak antar kursinya cukup lega. Kursinya pun lebih mirip kursi kereta api eksekutif yang bisa direbahin, lengkap dengan sandaran kaki.

Tapi kudu tertib yaa.. Jangan harap Anda bisa makan or ngemil di dalam bus. Karena itu adalah larangan keras! Makanya bus nya tetap bersih.

Bus ini pun selalu datang dan pergi on schedule banget alias tepat waktu sesuai jadwal. Gak ada ceritanya datang telat atau ngetem nunggu penumpang penuh. Emangnye angkot :D

Di dalam bus jangan lupa juga untuk mengosongkan kursi paling depan. Karena deretan kursi paling depan diperuntukkan untuk orang buta. Ya, Kuala Lumpur memang sangat ramah pada orang buta. Tak hanya sebatas slogan, namun di jalan-jalan pun pasti akan ditemukan akses khusus bagi orang buta. Di kota tersebut juga ada gedung besar yang merupakan kantor perkumpulan untuk orang buta.

Hampir semua moda transportasi publik di KL memiliki ketepatan waktu yang tinggi. Kalau pun tidak ada jam datang dan pergi, seperti misalnya monorail, biasanya selalu ada setiap 5 menit. di setiap stasiun monorail juga selalu ada layar datar TV yang menerangkan sampai dimana kereta yang kita tunggu, dan estimasi berapa menit lagi tibanya di stasiun tempat kita menunggu. Damn, thats make me so jealous with their rapid transportation system!

monorail di Kuala Lumpur

Di hari pertama, setibanya di KL Sentral, sebaiknya Anda langsung membeli tiket jika ingin pergi ke Genting Highland keesokan harinya. Loket tiket Go Genting ada di beberapa sudut. Cukup mudah untuk ditemukan.

Tapi, jangan sampai salah beli tiket LRT ya.. Karena ada juga Go Genting yang menggunakan semacam kereta ekspres. Namun kalau naik kereta, Anda harus melanjutkan perjalanan untuk mendaki ke bukit Genting dengan bus. Jadi lebih praktis langsung naik bus saja dari KL Sentral.

Harga tiket bus ke Genting $4.30, itu sudah termasuk Genting Skyway atau cable car untuk melihat pemandangan Genting dari kereta gantung.

Di Genting Highland Anda bisa jalan-jalan ke Genting Theme Park, naik cable car, dan mengunjungi First World Hotel. DI First World Hotel tersebut ada mall, indoor taman bermain, Ripley's, dan jangan lewatin untuk ngintip casino nya yang terkenal.

Anda harus berwajah cukup umur untuk bisa masuk ke Casino. Jadi kalau memang berwajah cukup imut, maka Anda perlu menunjukkan paspor kepada penjaga.

Di dalam Casino rata-rata ada keturunan China, India, dan western. Sedikit sekali yang berwajah melayu, bahkan hampir tidak ada. Ada semacam peraturan tak tertulis bahwa orang Melayu khususnya bagi yang muslim dilarang untuk masuk dalam casino. Berhubung kami cukup nekat, dan meyakinkan penjaga dengan logat bicara bahasa Indonesia (bukan melayu), penjaga pun mengizinkan saya masuk.

Meski dilarang motret, rasanya puas bisa melihat-lihat casino dengan berbagai permainannya. Melihat wajah-wajah dingin alias poker face para penjudi kawakan, dan wajah-wajah depresi para penjudi baru atau yang kalah taruhan. Hahahaa..

Kembali ke kota Kuala Lumpur. Bagi Anda yang suka wisata belanja, Anda bisa mengunjungi daerah bukit bintang naik monorail. Tapi hati-hati saat belanja, karena beberapa barang bisa Anda dapat lebih murah di Tanah Abang Jakarta :D

Berhubung saya tak hobi shopping, jadi wisata saya ke KL lebih banyak dihabiskan dengan jalan-jalan ke sana kemari. Toh pedestriannya nyaman, monorail, bus, dan LRT nya mudah dijangkau dan tak perlu menunggu lebih dari 5 menit setiap saat.

Ohya, jangan lupa untuk naik bus gratis yang disediakan untuk mengangkut para turis keliling kota Kuala Lumpur. Bus tersebut bisa Anda jumpai di halte dekat arah masuk ke KLCC.

Sarapan murah juga bisa Anda dapat dengan mudah di KL Sentral. Ada semacam restoran di dalam KL Sentral yang menyediakan semacam nasi bungkus dengan lauk teri dan sambal (mirip nasi kucing ala angkringan), lokasinya berseberangan dengan gerai Burger King. 1 bungkus nasi plus segelas teh tarik hanya perlu 4 Ringgit saja. Murah kan!

Total biaya perjalanan saya ke Kuala Lumpur berdua dengan mama saya, jika dirupiahkan hanya sekitar Rp 2,5juta saja! Itu sudah termasuk tiket pesawat, hotel 3 hari 2 malam, SkyBus dari dan ke bandara, naik monorel kesana kemari, tiket Bus Go Genting, plus segala camilan dan makanan yang kami beli di sana. Hebatnya lagi, saya sukses menahan diri untuk tidak belanja, kecuali 2 pack coklat yang saya beli di Free Duty Store di Bandara seharga 24 ringgit/pack:)

Salah Hotel, Pindah Hotel #Pengalaman KL_part 3

Yakk,,kami terbukti secara sah dan meyakinkan, salah masuk hotel di Kuala Lumpur!

Pria petugas resepsionist My Hotel berwajah India menjelaskan kepada kami dengan nada jumawa. "Di Kuala Lumpur ni, you akan temukan banyak nian My Hotel. Ni booking you tidaklah pada My Hotel sini. Ini My Hotel Central, You booking My Hotel KL Sentral! Which is tidak di jalan ini. Tapi next dari jalan utama ini. Kami punya 5 My Hotel di Kuala Lumpur!".

Oh em ji... mene ketehe ada lebih dari 1 hotel bernama My Hotel di KL.

Untunglah, setelah puas ceramah kepada kami yg pasang wajah letih plus o'on. Si resepsionist india tersebut jatuh iba. "Sudah, jangan risau, mari saya antar ke hotel My Hotel yang benar," serunya sembari mengangkut barang bawaan kami dalam satu tangannya.

Yess!
Kami pun mengikuti langkah kakinya yang lebar-lebar berjalan menuju My Hotel kami. tak terlalu jauh memang, hanya sekitar 500 meter dari My Hotel pertama yang kami masuki. Tapi tetap saja, sore hari itu kami bermandi keringat berlari-lari kecil mengimbangi langkah kaki si resepsionist yang lebar-lebar.

pindah hotel, tengak-tengok kaya' TKW nyasar..
Akhirnya kami berhasil cek ini di hotel yang benar. Setelah terpaksa mengantri tamu China yang marah-marah karena entah apa, kami oun mendapatkan kunci kamar masing-masing. Saya dangan mama saya, Chandra dengan mama nya.

Finnaly, kasuuurrr!
Bleek, langsung rebaah.

Pukul 17.00 waktu setempat, setelah sempat mandi dan berintirahat sejenak kami pun menuju taman KLCC tempat Suria Mall dan twin towers Petronas.

Naik monorail yang nyaman dan bersih, jalan-jalan di taman yang hijau dan lapang, menikmati atraksi air mancur, berfoto-foto di sekitar Petronas, bener-bener membuat kami lupa akan insiden hotel tadi sore.

Salut saya untuk mama. Meski harus selalu berjalan kaki ke sana kemari (maklum kami selalu naik publik transport), tak sedikit pun keluhan beliau cetuskan. Saya tahu mama lelah, tapi sungguh menikmati. Bahkan kami sempat berdiskusi seru tentang KL. Betapa banyak hal yang harusnya bisa diterapkan di Indonesia, khususnya dalam menangani masalah publik transportasi dan mengatraktifkan pariwisata.

Hari kedua, kami habiskan di Genting Highland dan Bukit Bintang. Lalu malam harinya kami mengunjungi seorang saudara di Pantai Hill Park, yang kemudian membawa kami ke Taman Lampu di ICT Shah Alam, Selangor.

Hari ketiga, kami sudah harus kembali ke Indonesia.

Next tulisan, saya akan mengupas tentang kota Kuala Lumpur dan tips perjalanan selama di kota tersebut.

Jumat, 25 Januari 2013

Salah Hotel di KL (Backpacker-an with Mom_part 2)

Melanjutkan cerita sebelumnya

Akhirnya setelah menguatkan diri plus menebalkan iman, saya pun siap menerima kenyataan bahwa saya tidak hanya akan pergi ke KL dengan mama saya, tetapi ditambah satu ibu-ibu lain yakni mamanya Chandra teman saya.

Mau tak mau, kebiasaan cari hotel dengan "go show style" saya tepiskan. Kalau pergi sendirian atau dengan teman sebaya, bisa saja saya cari hotel begitu sampai di KL. Tapi berhubung membawa dua orang nenek (disebut nenek karena dua ibu itu masing-masing sudah punya cucu), maka hotel kudu fix sebelum kami tiba di sana.

Langsung lah saya searching hotel-hotel disekitar KL Sentral. Pertimbangannya adalah, dari KL Sentral tersebut kami bisa naik LRT, monorail, atau pun berbagai bus feeder yang akan membawa kami ke segala tujuan wisata di sekitar Kuala Lumpur. Skybus dari dan ke bandara pun berangkat setiap 15 menit dari basement KL Sentral tersebut.

Beruntung, ada seorang teman Chandra yang tengah berada di Kuala Lumpur menawarkan diri untuk membookingkan sebuah hotel yang katanya persis berada di depan KL Sentral. My Hotel namanya, dengan rate 350.000IDR/night. Mayan murah lah utk ukuran hotel. Yah oke, akhirnya kami ambil. cek baby cek di website My Hotel pun nampak cukup oke.

Urusan hotel, done!

Lalu bagaimana soal transport di sana? Untuk sementara saya anggap Done juga, toh hotel kami dekat dengan KL Sentral yang menyediakan moda transportasi publik.

Yuhuu..tibalah hari keberangkatan kami. Hari Kamis, 17 Januari 2012 dari embarkasi Solo (Duilee kaya naik haji aja). Penerbangan kami pukul 8.55wib tiba di LCCT atau Low Cost Carrier Terminal (semacam airport khusus untuk penerbangan berbudget rendah >.<) pukul 12.55 waktu setempat, atau satu jam lebih cepat dari WIB.
LIfe music di LCCT Bandara

Turun dari pesawat kami langsung makan di salah satu resto fast food khas Malaysia yang ada di bandara. Setelah perut kenyang dan kandung kemih lega di ruang tandas (bahasa Malaysia untuk toilet :) ), pukul 14.00 kami pun melanjutkan perjalanan menuju pusat kota KL dengan menggunakan skybus. Dari LCCT berjarak 1 jam perjalanan dengan bus.

Mama tampak enjoy menikmati pemandangan dan lingkungan baru di sekitarnya. Tak henti-hentinya terkikik geli membaca berbagai papan petunjuk dalam bahasa melayu yang bertebaran di seantero bandara.

Ahh lega, mama nampak santai dan tak keberatan berjalan agak jauh menuju posisi bus khidmat ulang-alik alis parkir bus feeder. Masuk dalam bus, tidooor..Kami terbangun saat bus mulai merayapi jalanan di tengah kota KL. Menara kembar Petronas sesekali nampak mengintip. Pukul 15.00 bus merapat di KL Sentral.

Setelah membeli tiket untuk ke Genting Highland keesokan harinya, kami pun bergegas menuju My Hotel, sesuai arah yang ditunjukkan petugas di KL Sentral. Senyum lega terlukis, begitu melangkah keluar dari KL Sentral, di ujung seberang jalan nampak papan My Hotel.

Dengan penuh percaya diri kami pun menyeret kaki menuju hotel tersebut. Masuk lobi, menghempaskan backpack saya dan mendaratkan di sofa empuk dengan hembusan AC yang menyejukkan. Mama saya dan mama nya Chandra pun langsung selonjoran. Lumayan juga berjalan di sepanjang KL Sentral dengan membawa barang bawaan. Apalagi waktu sudah menunjukkan pukul 16:00. Sudah lewat 10jam sejak kami berangkat dari rumah di Solo. Wajar kalau para mama sudah nampak letih.

Chandra bergegas menunjukkan print out booking hotel yang telah dibayar lunas.

Tak dinyana, tak diduga, begitu melihat print out yang ditunjukkan Chandra, resepsionist berwajah India itu berseru, "Ini bukan My Hotel yang disinii, you are wrong hoteel!".

Whaaaaaatttt??

(bersambung)

Benci tapi Rindu #Java Jazz

Tak sengaja mendengar iklan di radio, Java Jazz 2013 bakal digelar kembali Maret 2013 mendatang. Sudah setahun saya absen tak menengok perhelatan besar itu. Setelah pengalaman buruk di 2011 lampau, saya pun melewatkan Java Jazz 2012. Hmmm..tapi rasanya tahun ini Saya tak ingin melewatkannya lagi.
Teringat tulisan saya yang pernah jadi HL di Kompasiana. Ekspresi kecewa atas sikap panitia Java Jazz 2011. Saya bagikan di blog ini..Bukan untuk menyumbang stereotype, namun sekedar untuk bepegang bahwa hal yang sama tak terulang lagi tahun ini.. Finger Cross

http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/03/05/setitik-nila-di-javajazz-2011-345238.html
Setitik Nila di JavaJazz 2011
http://m.dreamersradio.com/article/3869
Tahun ini saya kembali berkesempatan menjejak arena JIExpo Kemayoran dan menikmati JavaJazz 2011.

Yah meski kategorinya event internasional, tetap saja, saya memilih menikmati musisi-musisi lokal yang otak saya sanggup mencerna. Jadilah, di festival kelas dunia tersebut saya menikmati The Groove, Tompi, Marcell, dan BeniLikumahuaProject.

Tak sedikitpun keinginan membuang ratusan ribu tiket tambahan untuk nonton Santana atau pun George Benson di special performance. Saya cukup puas dengan musisi-musisi lokal yang jazz-nya bisa saya tangkap.

Sayang beribu sayang di event kelas dunia tersebut, panitia penyelenggara nampak terlalu cari untung. Tak menunjukkan apresiasi pada penonton yang telah merogoh kocek cukup dalam (untuk kategori rata-rata penghasilan di Indonesia), dan menempatkan panitia-panitia yang sebagian besar anak muda usia 20-30thn dengan sikap besar kepala. Over all saya menyebut sikap panitia JavaJazz Festival arogan.

Sejak masuk ke area parkir, saya sudah dibuat berputar-putar tanpa arah yang jelas. Petugas parkir nyaris tak tampak batang hidungnya.

Setelah kelelahan di area parkir, kejadian tidak pantas kembali terjadi. Di pintu masuk, setiap pengunjung diperiksa. Seorang panitia perempuan berusia sekitar 20thn pun memeriksa tas saya. Dia menemukan aqua dan roti yang kebetulan memang selalu ada di tas (karena saya punya penyakit magh akut). Seketika itu juga, dia mengambil kedua barang tersebut dan dilemparkan ke dalam kantong sampah besar sembari berkata “kaya gini gak boleh dibawa masuk”!

Kontan, saya kaget. Ketika saya protes, “kok gitu caranya?”. Dengan ketus dia menjawab, “ada tulisannya di tiket, dibaca tiketnya!” Dengan nada seolah saya anak SD yang tak lulus kejar paket A.

Baiklah, saya terima jika memang tidak boleh membawa makanan dan minuman dalam area. Tapi cara panitia tersebut sangat tidak pantas. Dia merenggut barang pribadi saya dan mencampakkannya dalam kantong sampah tanpa meminta persetujuan dari saya.

Bagaimana jika saya memilih menyelamatkan makanan dan minuman saya dan batal masuk? Bagaimana jika saya memilih untuk balik, dan menyimpan dulu bawaan saya di mobil? Atau minimal, jika panitia cukup cerdas, dia bisa menawarkan saya utk menghabiskannya dulu di luar sebelum masuk ke dalam. Sungguh sangat arogan dan menyinggung perasaan. Dia mengambil begitu saja barang milik orang lain tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan.

Tapi saya tak mau berdebat, saya hanya mengatakan “tolong jangan dibuang, berikan saja pada yang membutuhkan,”. Dan lagi-lagi, panitia tersebut dengan tidak simpatik menjawab, “di tiket ada tulisannya!”. Akhirnya saya menjawab, “Saya hanya tidak mau makanan tersebut mubazir, jadi berikan pada yang membutuhkan. Ngerti!”. Baru setelah itu, gadis panitia besar kepala bergaya alay tersebut menyumpal mulutnya.

Saya tidak buta huruf, anak muda. Saya memang tidak bisa mengingat segala ketentuan di tiket yang termuat dalam poin a hingga u tersebut. Ya, 21 poin syarat dan aturan jika Anda semua ingin nonton JavaJazz.

foto dengan om Santana dulu biar gak dongkol terus..
Uupss...thn 2011 saya belum berjilbab :(

Cobaan bagi penonton tak berhenti di situ. Begitu memasuki area JavaJazz, Saya celingukan mencari daftar panggung, hall, dan jadwal pertunjukkan. Ahh, rupanya untuk mengetahui segala informasi tersebut pengunjung harus berdesakan di stand-stand informasi yang menempelkan selembar jadwal dan lokasi pertunjukan dalam sehelai kertas A4 alias kuarto. Kalau Anda pengen memiliki jadwal sendiri plus sebuah bulletin (yang dugaan saya isinya full iklan), barterlah dengan selembar Rp50 ribuan!

Padahal tahun lalu, jadwal acara dan lokasi pertunjukkan dipajang dalam spanduk besar yang dipasang di depan hall. Sementara tahun ini? kesasar, kesasar deh lu..

Rupanya tak cukup memaksa pengunjung membeli makanan di dalam (yang sebagian besar pembeliannya harus menggunakan voucher BNI dengan harga makanan dua hingga tiga kali lipat pedagang di luar arena), panitia juga sengaja membuat sistem ‘jualan’ informasi kalau tak mau kesasar. Info denah yang dipasang di beberapa titik pun tak banyak membantu. Kecil-kecil dengan kualitas print naudzubilah, huruf yang menandakan nomor lokasi stand exhibition pun tak terbaca oleh mata sehat sekali pun.

Saran saya, bawa bekal yang cukup lalu makanlah di depan petugas sebelum masuk ke arena konser dan jangan lupa print out sendiri jadwal acara dari internet. Tapi jangan harap schedule acara bisa berjalan persis sama dengan di jam yang tercantum dalam rundown.

Untunglah penampilan para musisi tak terpengaruh oleh cela dari kelakuan minor para panitia. Tapi bukankah nila setitik bisa merusak susu sebelanga?

Pengalaman Backpackeran with Mom_Part 1

Yak, akhirnya tiket Solo-Kuala Lumpur dalam genggaman. Trip singkat 3 hari 2 malam sudah terbayang nyata dalam benak. Tapi deg-degannya luar biasa. Norak ya? Ke KL doang pake degdegan :)
Sebenarnya saya punya alasan yang kuat buat was-was dan acara main kali ini tidak bisa full backpackeran. Soalnya saya mengajak mama. Ibu-ibu yang telah memiliki 2 cucu dan tentunya sudah tidak muda lagi. Nyaris 60thn! (moga-moga mama nggak baca..)


piers.org/piers2012KualaLumpur/


 Awalnya memang tak sengaja sampai membuat mama ikut. Gara-gara gagal menghubungi teman untuk diajak backpackeran, akhirnya saya menelpon mama. Tadinya mau sekedar share kegalauan saja saat seorang teman yang punya agen tiket online berkabar bahwa ada tiket AirAsia Rp350.000,- PP Solo-KL. Tiket bisa habis sewaktu-waktu, sedangkan Chandra, teman main yang mau saya ajak tak juga mengangkat telpon pun membalas bbm Saya.

Doohhh, tiket keburu abiiiiss..
Akhirnya saya menelpon mama, bercerita sedikit, lalu Saya bilang :
"Mama mau ikut ke KL? mayan nih, Ma. Berdua PP cuma 700ribu?"
dan dalam hitungan sepersekian detik, Mama menjawab langsung, "Mau, ayok ajah!"
Yes, akhirnya saya pun membeli tiket Solo-KL untuk kami berdua.
Setelah tiket dalam genggaman, mulailah Saya bingung nan was-was. Ini ngajak emak-emak usia setengah abad lebihh, mana mungkin saya ajak nge-gelandang tanpa kepastian.

mama dan saya
Ohh, No..
Langsunglah saya searching hotel yang paling dekat dengan pusat kota KL.
Cari rute wisata terbaik, cari jadwal Sky bus dari bandara LCCT, jadwal LRT, jadwal monorail plus rute-rutenya.
Cari persewaan mobil, jaga-jaga seandainya mama kudu diangkut pakai mobil untuk jalan-jalan. (langsung batal gara-gara mahal, dan hampir semua dikelola orang India)
Cari tempat makan yang menunya gak kari-kari amat atau gak terlalu berempah lah..

Semuanya masih serba tentative..alias bisa berubah sewaktu-waktu.. Info-info dari teman juga tak banyak membantu. Tak ada satu pun dari sederet teman saya yang pernah pergi traveling bersama ibu nya.. Sebagian ditanyain malah bilang, "Nekat lu Nad, ntar kalo nyokap lu kecapekan gimana? Di sana kan kemana-mana kudu jalan kaki,". Sangat tidak menentramkan.

Ahh tapi saya pantang pulang sebelum padam (slogan pemadam kebakaran), mama udah antusias, tiket udah dibeli, masak saya balik badan. Baiklah saya bulatkan tekad, saya akan ajak mama jalan-jalan ke KL, dengan atau tanpa dukungan khalayak traveler sekalian. Saya yakin KL tak akan terlalu sulit.


Mendadak HP berbunyi, Chandra menelpon.
Chandra : "Nad, kamu jadi ke KL sama mama-mu kan?"
Saya : "Iya, gimana Chand?"
Chandra : "Sipp, aku juga barusan masih kebagian tiket, kamu udah dapet hotel n transport di sana? aku ajak mamaku juga nih. Aku ikut kamu yaa,,perdana ke luar negeri niihh. Pokoknya aku dan mamaku, PADAMU!"

Gu be raaakk!!!

(bersambung)