Pages

Rabu, 23 Juli 2014

Marshanda Lepas Jilbab, Artinya..

Di tengah hiruk pikuk penguman KPU soal presiden terpilih 2014-2019, timeline facebook ramai dengan berita soal Marshanda lepas jilbab. Fotonya diunggah mantan istri Ben ini di akun istagram. Ada juga video monolognya tanppa jilbab yang barusan juga diunggah di youtube. Heboh bingit, apalagi keputusan Marshanda tersebut dilakukan di bulan Ramadhan.

Pro dan kebanyakan kontra pastinya membanjir di postingan artis yang dulu beken di sinetron Bidadari zaman saya TK (abaikan perhitungan usia saya sekarang :D ). Yang jelas concern saya adalah pada tanggung jawab Marshanda yang selama berjilbab dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, menasbihkan dirinya sebagai seorang Motivator atawa Motivartist alias motivator dari kalangan artist (ya kaleee...).

Dulu sempet heran juga ketika artist ini muncul di TV dengan ceramah-ceramahnya. Ngga spektakuler sih materinya, tapi cukup salut dengan kepercayaan dirinya menyebut diri sebagai motivator. At least jika memang ada orang yang berhasil dia motivasi artinya memang udah masuk kategori motivator kan yak? (ya kaleee... #part 2).

Nah, justru sekarang saya jadi terusik dengan 'nasib' mereka yang dulu sudah terinspirasi bin termotivasi dengan ceramah-ceramah Marshanda. Bakal runtuh juga kah motivasi positif yang dulu pernah mereka terima? Bakal shock kah?

Saya memang tidak akan berbicara dalam konteks agama. Bukan keahlian saya tentunya. Saya mencoba bertutur dalam konteks humanis tanggung jawab jangka panjang dari seseorang yang tadinya telah memposisikan diri sebagai penceramah yang menyampaikan banyak masukan positif untuk khalayak ramai. Tanggung jawab motivator tentunya tidak sekedar cuap-cuap di panggung, namun juga mencontohkan dalam kehidupan nyata. Bertanggung jawab pada ucapannya dan melakukan apa yang diucapkan, walk the talk.

Wajar saya khawatir. Soalnya dunia bisnis yang saya tekuni juga sangat akrab dengan keseharian memotivasi orang lain. Saya ngeri membayangkan jika orang-orang yang tadinya mengambil manfaat dari ucapan saya, kemudian melihat saya tidak melakukan hal seperti yang saya ucapkan. Atau lebih ngeri juga jika saya membayankan orang yang selama ini saya percaya sebagai motivator bagi saya, kemudian terbukti melakukan hal sebaliknya dari yang diucapkannya. Jangaan-jangan fondasi positif yang saya tangkap darinya pun akan ikutan runtuh?

Marshanda boleh saja berkelit bahwa keputusannya adalah hak pribadinya, bahwa dia tidak peduli pada pikiran dan pendapat orang lain. Boleh, monggo, silakan neng.. Tapi ingatkah dia, bahwa keputusannya sebelumnya yang mengambil posisi dan mengklaim diri sebagai motivator sesungguhnya membawa serta tanggung jawab jangka panjang bagi orang lain yang cukup besar? Pada mereka yang terlanjur terinspirasi? Think again yah neng kalo sempaat... (*)

Minggu, 20 Juli 2014

Bikin Parcel Sendiri, Murah Meriah!

Lebaran sebentar lagiii..
Seperti biasa, suami mulai ribut ni ngelist parcel lebaran buat koleganya. Bukan gratifikasi loh, ini wujud perhatian aja pada rekan bisnis hehe..

Nah, tetep doong yaa, sebagai manager keuangan keluarga, saya juga kudu selektif supaya bisa bikin parcel murah namun tetep keliatan keren. Maklum emak-emak, prinsipnya kan "murah tapi kelihatan mahal" :D

Jadi, pantang deh beli parcel "jadi". Mendingan beli sendiri isinya, lalu bungkus atau rakit sendiri. Memang lebih ribet sih karena kita kudu tau cara membuat parcel ini. Tapi, dont worry, begitu kelar bikin satu atau dua parcel aja, keahlian kita pasti udah terasah kok. Tinggal mau belajar atau tidak.

Lagipula penghematannya lumayan besar loh.. Saya sudah membandingkan, 1 dinner set berisi cangkir, mangkok, piring, total 20pcs kita bisa beli di toko kelontong seharga Rp 150.000,- lalu material keranjang parcel dan hiasan palingan abis Rp 50.000,-. Total harga parcel hasil bikin sendiri cuma Rp 200 ribuan aja. Padahal saat saya bandingkan dengan harga jadi yang dibanderol supermarket bisa mencapai Rp 400.000,- atau sampai 2 kali lipat!

So, mari ibu-ibu yang mau berhemat, kita belajar membuat parcel yuk. Syukur-syukur kalo suami mau bayar harga parcel seperti harga di toko wkwkwk..
- Siapkan keranjang parcel (Rp 20.000 isi 3pcs)
- Isi dengan awul-awul (apasih nama ilmiahnyaa..) atau ganjel apa lah yg bisa bikin produk terekspose ke atas
- Tutup dengan kain tile (Rp 3.000an/m)
- Susun produk sesuai orderan dan budget pelanggan, usahakan produk 1 set varian. Rekatkan satu sama lain dengan lem tembak dan isolasi.
- Tambahkan hiasan, pita kerlip warna warni Rp 5.000/m.
- Bungkus dengan sampul plastik ( Rp 600/pcs). Untuk memudahkan merekatkan bagian bawah dan sekelilingnya, letakkan parcel di atas kursi.
- Tambahkan pita sebagai pemanis (Rp 2.000/pcs)

Total budget untuk bungkus parcel kurleb Rp 20.000,-

JADIII dehhh 


Do it your self is MURAH MERIAH :D